SHARE

Ilustrasi (Net)

CARAPANDANG.COM - Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr Inggrid Tania mengatakan agar tidak terkesan kuno jamu di Indonesia harus dikemas lebih menarik.

Maka itu Tania setuju agar jamu di Indonesia harus dikemas lebih manarik. " "Saya sepakat jamu kita packaging-nya harus lebih baik," ujarnya dalam diskusi daring yang diselenggarakan PDPOTJI, Minggu (30/5).

Dia juga meminta agar kemasan jamu di Indonesia juga diperhatikan.  Dia memberikan contoh jamu dalam kemasan botol ada ditemukan dalam kondisi tidak tersegel baik. Menurutnya kondisi ini menimbulkan kecemasan adanya zat-zat yang masuk mencemari jamu.

Selain itu, yang lebih penting menurut Tania adalah bagaimana jamu yang ada bisa dipertanggungjawabkan khasiatnya untuk kesehatan tubuh. Di Jepang, obat herbal atau Kampo yang dari sisi kemasan relatif terlihat kuno, namun ada kepastian dalam kualitas bahan bakunya terstandarisasi. Sedangkan di Indonesia belum masuk dalam bahan yang diresepkan dokter untuk pasien.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng Mohammad Faqih mengatakan, jamu bisa diresepkan dokter bila sudah memiliki kualitas obat. Walau begitu, dokter masih bisa sebatas menganjurkan dan mengajarkan cara membuat jamu pada pasien mereka.

"Dokter belum diberikan legalitas untuk memberikan ramuan jamu tetapi kita bisa menganjurkan pada pasien, mengajarkan cara membuatnya," kata Tania.

Dokter bisa mengajarkan jamu sudah mempunyai bukti empirik seperti ramuan yang biasanya dijual penjaja jamu gendong. Untuk mengobati nyeri otot misalnya, bisa memanfaatkan ramuan membuat cabai puyang yang berbahan cabai jawa, lempuyang, jahe, lada hitam.

Namun, tak sembarang pasien bisa dianjurkan meminum jamu. Mereka ini khususnya tidak boleh memiliki alergi terhadap bahan-bahan dari tanaman obat yang dipakai dalam ramuan jamu tersebut.

Tags
SHARE