SHARE

Yanto Budiman dan Zulmansya Sikedang (ft: ist)

Catatan dan Pandangan Yanto Budiman

CARAPANDANG (PEKANBARU)  -  Pemimpin menjadi hebat bukan karena kekuatannya, tetapi karena kemampuannya untuk memberdayakan orang lain." - John Maxwell.

Mei 2022 genap lima tahun usia kepemimpinan Zulmansyah Sekedang menggerakkan roda organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Riau.

Bicara perspektif kepemimpinan apapun itu, apatah lagi memimpin sebuah organisasi profesi jurnalis yang anggotanya per hari ini mencapai ribuan persisnya 1.117 orang (anggota biasa dan muda) bukan perkara mudah.

Selain  memiliki warna, watak dan karakter berbeda beda, tentu saja kepentingannya pun berbeda pula. Namun tetap dalam koridor.

Tidak semua orang bisa menjadi pemimpin. Selain memiliki dedikasi tinggi dan keuletan, ada syarat lain yang harus dimiliki.

Seorang pemimpin minimal harus bisa membimbing bawahannya melakukan tugas yang diberikan. Dan saat ada batu sandungan di tengah perjalanan, seorang pemimpin harus bisa membuat anak buah belajar sampai benar-benar mahir sehingga bukan hanya sukses, tetapi mereka juga bisa berkembang.

Ketika menjadi pemimpin, maka pola pikir seseorang otomatis akan berubah. Mereka akan berpikir lebih logis dan selalu mengedepankan apa yang dirasakan orang lain dibandingkan dirinya sendiri.

Dalam pandangan saya, dalam kurun waktu lima tahun [kurang 4 bulan lagi]  Zulmansyah telah membuktikan yang saya sebutkan diatas. Dia terbilang sukses mengelola PWI Riau yang bermarkas di gedung yang atapnya berbentuk pena--jika di 'remote sensing" dari udara--di Jalan Arifin Ahmad Pekanbaru.

Nyaris semua program yang dia janjikan saat kampanye Konperprov PWI Riau 2017 lalu dia buktikan dengan baik dan sungguh  sungguh. Kendati bukan dengan kekuatannya sendiri tapi dibantu oleh "kabinet" nya (para wakil wakil ketua sesuai bidang masing masing) berjalan dengan baik dan dalam "track" yang benar pula. Intinya dia mampu memberdayakan pengurus inti dengan style kepemimpinan yang Ia miliki.

Banyak contoh program yang patut mendapat apresiasi antara lain; Program NgoPi (Ngobrol Pintar) Kerjasama PWI dengan Kementerian LHK. LKTJ Manggala Agni kerjasama PWI dengan Kementerian LHK. Penanaman Ribuan Bibit Pohon di Area Stadion Utama. Penyembelihan Hewan Qurban. Santunan ke Wartawan Senior. Bantuan Peduli ke Ahli Waris wartawan yang wafat. UKW (Uji Kompetensi Wartawan) Gratis. Penerbitan Buku Putih. Hutan Komunitas Wartawan PWI Riau. Program Ketahanan Pangan Bagi Anggota dan Pengurus PWI. Pelatihan Wartawan Anti Hoax. Pelatihan atau 12 Workshop Media Digital untuk Kepentingan Publik. Ekspedisi Taman Nasional (TNBT, TNTN dan TN Zamrud). Sosialisasi Program Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Wartawan bersama IKWI Riau. Muhibah jurnalistik ke berbagai Negara dan banyak lagi program lainnya yang belum sempat terekam dalam memori saya.

Meski tidak melulu menggunakan anggaran PWI sendiri, namun mengajak "stakeholders" sebagai mitra berkolaborasi adalah tidak terlepas dari bagian kepemimpinan yang baik melalui kemampuan lobi dengan jejaring (net working) yang dimilikinya.

Secara organisatoris Zulmansyah boleh dibilang sukses melakukan konsolidasi dengan seluruh pengurus PWI Kabupaten/kota. Tentu ini menjadi kredit poin dengan bobot tinggi dalam sebuah organisasi. Tanpa itu organisasi akan menjadi rapuh.

Dari perspektif lain, Zulmansyah sangat menghargai para senior dengan tutur sapa yang lembut dan tenang.

Meski sesekali bicara keras saat memimpin rapat, ibarat jarum, Ia tak melukai dan tak mencederai manakala jarum tersebut tumpul. Buktinya hingga saat ini belum pernah kedengaran recok recok di Arifin Ahmad, kalaupun ada percikan percikan kecil, langsung dia redam dengan baik.

Kata John Maxwell, "Pemimpin menjadi hebat bukan karena kekuatannya, tetapi karena kemampuannya untuk memberdayakan orang lain". Zulmansyah telah membuktikan kata bijak ini. Dia memang excellent dan layak dua kali. (*)

Tags
SHARE