SHARE

carapandang.com | Idul Fitri

CARAPANDANG.COM - Sabtu, 23 Mei 2020 lembayung senja Ramadhan terakhir mulai tenggelam dan bersiap menyambut datangnya sinar mentari di hari yang fitri.

Selama 30 hari sudah umat Islam menjalani ibadah puasa Ramadhan dengan suasana yang berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Berbuka bersama teman dan kerabat, shalat tarawih dan witir berjamaah di masjid, tadarus Al Quran adalah hal yang paling dirindukan namun tak dapat ditunaikan akibat pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) pada Ramadhan tahun ini.

Selepas maghrib kumandang takbir pertanda hari kemenangan telah tiba juga tak semeriah Lebaran sebelumnya. Malam takbiran juga tak seramai biasanya, tak ada takbiran keliling yang membuat hari raya kian semarak.

Para perantau Minang yang biasanya sudah berkumpul bersama sanak saudara di kampung halaman pun tak banyak terlihat.

Apalagi Sumatera Barat tengah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak 22 April hingga 29 Mei 2020 yang artinya pintu masuk perbatasan dijaga ketat dari arus kendaraan yang masuk.

Kebahagiaan anak yang telah lama tak berjumpa orang tua, kakek bertemu cucu, keponakan bersalaman dengan paman juga tak dapat dirasakan pada hari raya tahun ini.

Takbiran Virtual

Namun ada pengalaman baru yang dirasakan warga Padang di malam takbiran tahun ini. Jika selama ini identik dengan berkeliling baik dengan berjalan kaki maupun pawai menggunakan kendaraan, kini cukup dengan duduk manis di depan telepon pintar dan laptop.

Dipimpin Wali Kota Padang Mahyeldi Pemkot Padang melaksanakan takbiran secara virtual yang diikuti oleh jajaran OPD hingga pengurus masjid dan mushalla di Padang.

Tak kurang dari 1.000 orang melantunkan kalimat takbir menyambut datangnya Idul Fitri 2020.

"Sepanjang hidung ditempuh napas, baru kali ini takbiran dilakukan di rumah dan di tempat ibadah. Menggunakan aplikasi teknologi informasi," kata Wali Kota Padang Mahyeldi.

Takbiran virtual tersebut memanfaatkan aplikasi zoom diikuti sejumlah masjid dan mushalla di seluruh kecamatan di Padang bergabung di aplikasi tersebut.

Khatib Baru

Pelaksanaan ibadah Ramadhan di tengah pandemi juga telah melahirkan banyak imam shalat baru karena pemerintah berserta MUI mengeluarkan imbauan pelaksanaan shalat di tempat ibadah ditiadakan sementara waktu.

Alhasil, hafalan Al Quran yang dikuaai Firman, seorang warga Padang kembali terasah sepanjang Ramadhan. Bapak tiga anak ini setiap malam memimpin shalat tarawih berjamaah bersama keluarga.

Pria yang sempat hafal juz 30 ini bersyukur karena kembali bisa memperlancar hafalan apalagi selama ini sudah banyak yang lupa.

Lebih beruntung lagi Rahman bapak empat anak tersebut terselamatkan dari kewajiban menjadi imam karena tiga anaknya memiliki hafalan Al Quran hingga lima juz.

Sejak jenjang SD ia memang memilih menyekolahkan tiga putranya di sekolah islam terpadu yang salah satu muatannya adalah menghafal Al Quran.

Meski hanya menjadi makmum ia bangga tiga anaknya secara bergantian mengimami shalat berjamaah di rumah.

Saat Idul Fitri tiba para bapak dan remaja yang telah terlatih menjadi imam sepanjang Ramadhan tersebut pun bersiap menjadi imam dan khatib shalat Idul Fitri.

Ada di antaranya yang telah menyiapkan bahan khutbah dengan berselancar di internet agar tampil paripurna.

Silaturahmi Daring

Selepas shalat Idul Fitri di rumah kendati sedih karena tidak dapat pulang kampung untuk bersilaturahmi dengan orang tua, Salim segera mengambil telepon pintarnya.

Bersama anak dan istri ia pun melakukan panggilan video dengan orang tuanya di kampung. Kendati tak bisa bertatap muka langsung suasana ceria tetap terasa dengan memanfaatkan telepon pintar.

Beberapa keluarga di Padang yang menggunakan aplikasi zoom untuk saling meminta maaf dan menanya kabar di hari kemenangan meski terpisah jarak.

Sejak wabah COVID-19 sudah lazim banyak warga yang memanfaatkan aplikasi daring untuk sekadar mengadakan rapat, belajar, kuliah hingga ujian.

Lain lagi kisah Nurjanah warga Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat yang setiap Lebaran selalu menjadi ajang berjumpa anak cucu dan keluarga besarnya.

Ibu dari delapan anak dengan 23 cucu itu tak bisa menahan kesedihan karena lebaran kali ini terasa berbeda.

Biasanya sehari sebelum Lebaran ia sudah sibuk belanja kebutuhan dapur untuk menyiapkan menu istimewa di hari raya.

Rendang adalah menu wajib yang selalu hadir, tak lupa lemang serta kue-kue tradisional lainnya yang hanya dijumpai saat Lebaran.

Namun karena anak cucunya tak bisa pulang ia hanya memasak secukupnya untuk dikonsumsi berdua dengan suami.

Sebagai pengganti silaturahmi usai shalat Idul Fitri para anak dan cucu menyampaikan permohonan maaf dan saling berkabar lewat telepon genggam.

Hal serupa juga dialami Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno yang memilih melaksanakan shalat Idul Fitri 1441 di rumah bersama anggota keluarganya.

Irwan juga tidak menggelar open house pada tahun ini berbeda dengan Lebaran sebelumnya.

"Masa pandemi COVID-19 dan tidak boleh ada kerumunan. Kami mohon maaf tidak menggelar open house pada lebaran tahun ini," ujarnya.

Ia berharap masyarakat merayakan Idul Fitri dengan keluarga inti di rumah saja. Karena saat ini Sumatera Barat masih dalam penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga 29 Mei.

Selain itu ia mengimbau agar tidak melakukan kegiatan kerumunan yang bisa mengakibatkan terjadinya penyebaran COVID-19 yang saat ini masih bertambah.

"Kita berharap dengan situasi di tengah pandemi dengan segala keterbatasan pelaksanaan protokol COVID-19 tidak mengurangi nilai-nilai budaya dan jalinan silaturahmi masyarakat baik di ranah maupun di rantau," ucapnya.

Menurutnya bukan berarti rasa silaturahmi yang terjalin baik selama ini terputus namun dengan tetap berada di rumah karena bisa memanfaatkan teknologi.

Lebaran kali ini memang berbeda namun silaturahmi tetap berjalan dengan cara yang berbeda dan selalu ada hikmah yang bisa diambil sembari berharap pandemi ini segera berakhir.

Tags
SHARE