SHARE

Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI),  Tri Natalia Urada

CARAPANDANG -  Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI),  Tri Natalia Urada sangat menyayangkan pernyataan yang disampaikan oleh  Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS),   Edy Mulyadi yang mengatakan bahwa Kalimanatan adalah  tempat jin buang anak.

Menurutnya apa yang disampaikan oleh Edy tidak menghargai keberadaan orang Kalimantan dan sekaligus menghina orang Kalimantan sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

"Sebagai orang Dayak yang dididik dengan nilai-nilai budaya dan nasionalisme tentu saya tersinggung dengan ucapan Edy Mulyadi menyebut Kalimantan sebagai tempat jin buang anak," kata Tri dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (24/1). 

Perempuan asli Dayak Kalbar ini menilai apa yang disampaikan oleh  Edy sangat kasar dan provokatif.  Tri mengatakan, jika tidak setuju dengan kebijakan pemerintah yang telah memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan sebaiknya dilakukan dengan jalur konstitusi, bukan dengan mengeluarkan pernyataan yang menyakiti sesama anak bangsa. 

"Pemindahan IKN ke Kalimantan adalah keputusan negara maka jangan kemudian digeser kepada narasi yang kontraproduktif. Apalagi melontarkan statement yang menghina orang Kalimantan," tegas Tri. 

Selanjutnya, dia mengatakan bahwa sumbangsih kalimantan terhadap kemajuan negara ini sangatlah besar. Sehingga ia meminta  Edy agar sebelum menyatakan pendapat, perlu hari-hati sehingga tidak menimbulkan kegaduhan. 

"Kalimantan bukan tempat Jin buang anak, Kalimantan tempat batu bara, emas, minyak dan hasil bumi lain yang telah menghidupi masyarakat Indonesia diseluruh pelosok negeri ini. Jadi saudara Edy mohon jaga sikap," ujarnya. 

Sekjen PP PMKRI tersebut juga meminta agar penegak hukum memproses Edy Mulyadi sesuai dengan hukum yang berlaku. "Saya minta agar penegak hukum memproses orang seperti Edy Mulyadi ini, mesti diungkap sebenar-benarnya siapa aktor intelektual yang ingin memprovokasi masyarakat Kalimantan." tutupnya. 

Tags
SHARE