SHARE

istimewa

"Kisah-kisah ini kita rangkum dan pilih, kita tajamkan untuk menjadi dasar dari yang dialami Sur. Yang paling kuat tentu saja Sur yang melawan sistem yang tidak mendukung penyintas untuk mengungkap kebenaran," kata Wregas.

"Penyalin Cahaya" sendiri masuk dalam program kompetisi utama New Currents di ajang Busan International Film Festival (BIFF) 2021 dan akan melakukan World Premiere di salah satu festival film terbesar di Asia tersebut.

Bagi Wregas, keberadaan festival film Busan sebagai tempat untuk penayangan perdana "Penyalin Cahaya". Dengan demikian, isu tentang kekerasan seksual dapat dengan mudah disebarkan kepada masyarakat dunia.

"Saya menganggap festival film adalah pengeras gaung dari komunikasi kita. Busan adalah festival film terbesar di Asia di mana film-film dari seluruh dunia dipresentasikan berarti film kita tidak hanya disaksikan oleh orang Indonesia saja," ujar Wregas.

"Akhrinya film kita yang penting disuarakan isunya ini enggak cuma di Indonesia tapi dunia. Busan International Film Festival adalah salah satu target untuk menggaungkan suara itu," imbuhnya.

"Penyalin Cahaya" bercerita tentang mengenai Sur yang harus kehilangan beasiswanya karena dianggap mencemarkan nama baik fakultas usai swafotonya dalam keadaan mabuk beredar.

Sur tidak mengingat apapun yang terjadi pada dirinya malam itu. Ini adalah kali pertama Sur datang ke pesta kemenangan komunitas teater di kampusnya, dan mendapati dirinya tidak sadarkan diri.

Sur meminta bantuan Amin, teman masa kecilnya, seorang tukang fotokopi yang tinggal dan bekerja di kampus, untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada dirinya di malam pesta.

Film ini dibintangi oleh Shenina Cinnamon, Chicco Kurniawan, Lutesha, Jerome Kurnia, Dea Panenda dan Giulio Parengkuan.
 

Halaman :
Tags
SHARE