SHARE

Sebagai bangsa besar, Jokowi pembelajaran paling jitu yang harus terus dihidupkan dalam benak memori kolektif berbangsa.

Dedikasi Penuh Prestasi

Sepanjang memimpin kota Surakarta-Solo, Jokowi mendapat sedertan penghargaan dengan berbagai kategori unggulan, pernah dianugerahi penghargaan bintang jasa putra, menerima piala citra bhakti abdi negara dari presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Tanpa kekerasan merelokasi sekitar 900 pedagang taman Banjarsari di pusat kota menuju lokasi baru di pasar klitikan, sangatlah tepat, the city mayors foundation menobatkan Jokowi sebagai walikota terbaik ketiga di dunia.

Pemilu sembilan tahun lalu, citra Jokowi disanjung memiliki element of surprise, sebagai representasi sosok satrio piningit (Pemimpin Besar Nusantara). Menakjubkan, Jokowi memiliki follower organik, partisipan massa yang mencintainya bukan terdorong pragmatisme, rakyat yang peduli terhadap nasib bangsa, sejalan dan sehaluannya.

Muncul fenomena voluntarisme kerelawanan yang ramai, militan bekerja memenangkannya. Relawan dari berbagai profesi ini tak disangka-sangka, seakan datang dari dunia lain, mereka bukan praktisi politik partai apalagi anak-cucu darah biru pendiri bangsa, Perannya yang sangat sentral, menyumbang lonjakan elektoral Jokowi. Artinya sosok Jokowi melucuti kuasa partai politik? Semakin percaya, Jokowi terpilih bukan karena unsur partai?

Jokowi sang paling menembus ketidakmungkinan, benar-benar mendefinisikan bahwa politik tidak melulu bicara soal kemungkinan, tetapi juga bicara soal ketidakmungkinan. Apa buktinya? Jokowi memilih berkawan, rekonsiliatif, merangkul dan mengajak Prabowo, lawan politiknya bergabung dalam kabinet.

Politik Jokowi adalah politik kebangsaan, ia ingin membangun negeri dengan penuh dedikasi. Perhatiannya memikirkan kebutuhan-kebutuhan yang populis, mengesampingkan ego, bahkan “mengorbankan dirinya demi menyelesaikan yang menjadi beban sejarah selama ini. Tidak diteruskan tradisi irasionalitas perpolitikan gaya lama yang tumbuh berabad-abad, yakni politik yang melestarikan perseteruan, rivalitas, sekedar oposan akibat kalah dalam Pemilu, dan pada akhirnya membuat pembangunan nasional terseok-seok.

Jokowi visioner tak ingin bertengkar tau sudah waktunya bersatu, berhenti bertengkar. Menjaga stabilitas politik nasional, meredam benturan sara cebong-kampret, menjaga persatuan dan kesatuan. Negara harus terkonsolidasi, mengambil jalan kesejahteraan.

Menarik semua elemen aliran politik kiri maupun kanan untuk memulai merekonstruksi spektrum baru ke tengah. Ia memadukan platform besar dengan basis rekonsiliasi dan konsolidasi nasional. Kapan waktu memulai berkontestasi pertandingan, kapan waktu menyudahinya dengan rekonsiliasi. Sebab mustahil apa-apa yang dicita-citakan, gagasan-gagasan besar kebangsaan bisa terlaksana dengan baik apabila terbentur keterbelahan.

Rupanya Jokowi menganut paham demokrasi rasional yang khas keindonesiaan, saya rasa ia paling mengerti perspektif demokrasi yang mencerminkan karakteristik kehidupan sosio-kemasyarakatan kita yang kental budaya ketimuran.

Tak ingin terjebak menduplikasi demokrasi liberal barat, termasuk ogah coba-coba memodernisasi praktek demokrasi terpimpin, dan atau mengikuti tafsir demokrasi dalam konteks relasi antara masyarakat dan negara yang terlalu eksesif dan hegemonik. Dia menyederhanakan kerumitan teoritisasi-teoritisasi yang sulit dijangkau nalar awam kekinian yang menuntut praktiknya yang lugas.

Pembacaan dan pemikir geopolitik Jokowi benar, berperan sebagai pemimpin global dan berhasil menjaga martabat bangsa. Indonesia sebagai juru damai di tengah krisis dan gejolak global, perang Rusia dan Ukraina, pergolakan di selat Movosa laut China selatan bertambah luas, ketegangan China versus Amerika makin keras, hingga kini masih berlangsung konflik yang dahsyat di timur tengah.

Dari Jokowi kita bisa belajar keteguhan, dan keuletan yang mematangkannya agar tak takut menghadapi proses-proses yang sulit. Bukan hari-hari yang mudah melalui masa sulit pada saat dunia yang, kekacauan, lumpuh sakit menghadapi pandemi Covid-19 menyebabkan isolasi lockdownd dimana-mana. Semua dilakukan di tengah-tengah komplikasi suhu panas bumi akibat fenomena cuaca ekstrim el nino.

Komitmennya pada agenda mensejahterakan masyarakat, salurkan bantuan langsung tunai, bagikan sembako. Dan demi membangun Indonesia mulai dari pinggiran yang diusungnya sejak awal-awal pemerintahannya, pemerataan dikucurkan sejumlah dana Desa, di samping mengimplementasikan pembangunan infrastruktur.

Gagasan mewujudkan Indonesia poros maritime dunia. Bagi Jokowi kebaharian atau kemaritiman kita tidak saja sebagai identitas budaya, tetapi juga modalitas Indonesia untuk meraih kemakmuran. Menjaga dan mengelola sumber daya laut, dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut. Untuk mewujudkan itu, Jokowi memberi perhatian pada pengembangan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan dan pariwisata maritim.

Selangkah demi selangkah transformasi bangsa maju, negeri yang makmur, menuju Indonesia emas kita akan cicipi. Pondasi keberlanjutan program pembangunan sekarang adalah kata kunci yang mengantar kemajuan kedepan. Tak kurang dari sewindu, sebuah lembaga strategis dunia meramalkan ranking ekonomi indonesia akan masuk skala 7 besar ekonomi dunia.

Akhirnya saya jadi mengerti, sampai disini terjawab siapa si paling Jokowi. Bermunajat sebentar lagi fase kepemimpinan Jokowi akan landing sempurna, Kita tambahkan optimisme, percaya HUT ke 79 RI mendatang dapat digelar di IKN, semoga.

Halaman :
Tags
SHARE