SHARE

Ilustrasi | Istimewa

Dokter spesialis ilmu kesehatan jiwa konsultan kesehatan jiwa anak RSUI sekaligus staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Fransiska Kaligis, Sp.KJ(K), mengatakan, seiring kasus COVID-19 yang turun dan dimulainya kegiatan sekolah tatap muka secara terbatas, beberapa remaja mungkin akan kembali ke sekolah dalam kondisi stres, cemas, kesepian atau bahkan berduka akibat kehilangan anggota keluarga.

Remaja sendiri termasuk kelompok usia yang rentan mengalami masalah kesehatan jiwa akibat adanya perubahan psikososial, neurobiologis sirkuit otak, dan hormonal terjadi di fase usia ini. Menurut Fransiska, kondisi ini perlu dipahami orangtua dan orang lain yang berada di sekitar remaja, agar tidak bersikap judgemental atau memberikan label yang menambah perasaan tidak nyaman.

Lebih lanjut, untuk mendukung kesehatan jiwa remaja saat kembali ke sekolah, dia menyarankan para guru atau tenaga pengajar melakukan sejumlah hal antara lain: mendengarkan keluhan remaja, menunjukkan empati dan jika memungkinkan pihak sekolah dapat mengadakan diskusi one-on-one agar lebih memahami kebutuhan remaja.

Selanjutnya, tanyakan bagaimana kabar remaja, sediakan informasi yang akurat dan terpercaya terkait COVID-19 sesuai dengan usia mereka, minta masukan dan libatkan remaja untuk menciptakan suasana belajar yang aman dan nyaman, peka dan waspada terhadap perubahan tingkah laku remaja, dan ajak mereka berkegiatan dan berolahraga agar tercipta interaksi.

Halaman :
Tags
SHARE