SHARE

Istimewa

Bagaimana klasifikasi penyakit Lupus?
Penyakit lupus secara umum dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk yaitu:

LES Ringan
Pasien dengan LES ringan secara klinis tenang, tidak terdapat tanda ataupun gejala yang mengancam nyawa penderita. Fungsi organ pun bekerja dengan normal atau stabil, seperti: ginjal, paru, jantung, gastrointestinal, susunan saraf pusat, sendi, hematologi dan kulit. Contoh dari LES ringan misalnya penyakit lupus dengan manifestasi arthritis dan kulit.

LES Sedang
Tingkat keparahan LES dapat dikategorikan sedang ketika terjadi gejala Nefritis ringan hingga sedang (lupus nefritis kelas I dan II). Mengalami trombositopenia (trombosit 20- 50x103 per mm kubik) atau penurunan jumlat platelet darah di bawah batas takaran normal pada 150.000 hingga 450.000 per mikroliter. Terjadi serositis mayor atau peradangan hebat pada lapisan dalam paru-paru (pleuritis) maupun jantung (perikarditis), di mana biasanya terjadi dengan nyeri dada, demam, dan efusi eksudatif.

LES Berat
Klasifikasi penyakit LES dapat dikategorikan berat atau sangat serius ketika sifatnya sudah mengancam nyawa penderita (life or organ-threatening).

Apa saja gejala penyakit Lupus?
Gejala penyakit lupus kebanyakan merupakan gejala yang dimiliki oleh penyakit lain, itu sebabnya diagnosis terhadap penyakit ini cukup sulit. Peradangan yang terjadi akibat lupus dapat menyerang berbagai organ tubuh.

Hal ini menyebabkan gejala lupus bisa sangat beragam dan di mana satu penderita dengan penderita lain dapat berbeda. Meski demikian, terdapat sejumlah gejala umum yang biasa terjadi, yaitu nyeri dan kaku sendi, ruam di kulit khususnya di pipi dan hidung yang sering disebut "butterfly rash", kelelahan hebat tanpa pemicu, pembengkakan sendi, kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari, rambut rontok, anemia, masalah pembekuan darah, penurunan berat badan, demam tanpa sebab jelas, jari berubah pucat menjadi putih atau biru dan kesemutan saat dingin alias fenomena Raynaud dan sariawan.

Gejala lain mungkin juga dialami tergantung pada bagian tubuh yang diserang, seperti masalah saluran pencernaan, jantung, atau kulit.

Bagaimana penyakit Lupus didiagnosis?
Sulitnya diagnosis penyakit lupus, menyebabkan penderitanya harus menjalani sejumlah pemeriksaan. Dokter akan mulai dari penggalian informasi mengenai gejala dan riwayat kesehatan pasien dan keluarga.

Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh pada pasien, termasuk memeriksa ada tidaknya ruam dan peradangan sendi yang biasanya sering muncul pada penderita lupus.

Diagnosis LES dibuat berdasarkan kombinasi manifestasi klinis pada penyakit luput yang khas serta hasil serologi positif. Pemeriksaan penunjang seperti skrining lanjutan akan dilakukan juga untuk memudahkan dokter membuat diagnosis yang tepat, di antaranya pemeriksaan ANA (antibodi antinuklear), untuk memeriksa keberadaan sel antibodi tertentu dalam darah yang biasanya dimiliki oleh penderita lupus.

Tes darah lengkap, untuk mengukur jumlah setiap jenis sel darah dan mengetahui seberapa baik fungsi ginjal juga fungsi hati. Tes urine, untuk mengukur kadar protein atau sel darah merah di urine yang dapat menjadi tolok ukur kerja ginjal. Biopsi kulit atau ginjal, untuk mengetahui ada tidaknya jaringan yang abnormal pada kulit dan ginjal.

Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa tanda dan gejala khas penyakit lupus, seperti Sun sensitivity rashes (malar rashes/butterfly rashes), Discoid rash, yaitu ruam merah di kulit yang menyisakan bekas jaringan parut, Arthritis yang merupakan pembengkakan atau nyeri sendi kecil tangan, kaki, lutut, dan pergelangan tangan.

Serta gangguan ginjal yang ditandai dengan munculnya protein pada urine, gangguan saraf yang ditandai dengan kejang atau psikosis, peradangan pada lapisan pembungkus paru-paru (pleuritis) atau lapisan pembungkus jantung (perikarditis), gangguan darah seperti anemia, leukopenia, atau trombositopenia.

Juga gangguan sistem imun. Ada kemungkinan dokter juga akan merujuk pasien ke rheumatologist, yaitu dokter yang khusus mengobati gangguan persendian dan jaringan lunak serta penyakit autoimun.
 

Halaman :