SHARE

Ilustrasi - Gerhana Bulan

Itu dikarenakan orbit Bulan yang miring 5,1 derajat terhadap ekliptika dan waktu yang ditempuh Bulan untuk kembali ke simpul yang sama lebih pendek 2,2 hari dibandingkan dengan waktu yang ditempuh Bulan agar konfigurasinya dengan Bumi dan Matahari membentuk satu garis lurus.

Oleh sebab itu, Bulan tidak selalu berada di bidang ekliptika ketika purnama berlangsung.

Gerhana bulan total yang dapat teramati di Indonesia untuk satu dekade berikutnya akan terjadi pada 8 September 2025, 3 Maret 2026, Malam Tahun Baru 2029, 21 Desember 2029, 25 April 2032 dan 18 Oktober 2032.

Selanjutnya, pada 14-15 Desember 2022, masyarakat bisa menyaksikan puncak hujan meteor Geminid. Geminid adalah hujan meteor yang titik radiantnya berasal dari konstelasi Gemini.

Intensitas maksimum hujan meteor ini sebesar 120 meteor per jam, sehingga, dengan ketinggian maksimum titik radian di Indonesia yang bervariasi antara 46° (Pulau Rote) hingga 63° (Sabang), intensitasnya berkurang menjadi 86 meteor/jam (Pulau Rote) hingga 107 meteor per jam (Sabang).

Geminid dapat disaksikan dari arah Timur Laut hingga Barat Laut sejak pukul 20.30 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.

Geminid bersumber dari sisa debu asteroid 3200 Phaethon. Kelajuan meteor pada Geminid dapat mencapai 126.000 km per jam.

Geminid tetap dapat diamati tanpa alat bantu optik. Pengamatan akan tampak lebih jelas ketika cuaca cerah, bebas dari penghalang di sekitar medan pandang, dan bebas dari polusi cahaya.

Halaman :