SHARE

Istimewa (Net)

Di tengah jaman yang menuntut orang-orang untuk saling cakar, merampas dan perang demi satu alasan “mengejar kuasa”. “Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar adalah kebenaran”, tegas Gie.

Keprihatinan jaman kini akibat sepinya ikrar untuk menjadi moral-force, menjaga etos keberanian, nilai idealisme yang seketika runtuh menghadapi kenyataan godaan partikel berbau kemegahan dan keistimewahan imitasi, pragmatisme, apatisme dan sifat oportunistik.

Potret realitas kontras dengan pemuda-pemuda Indonesia termasyhur dalam kisah lama, yang kiprahnya dikenal dan tak dilupakan. Misalkan Kartini yang menggagas etnonasional, meteor Sjahrir, Tan Malaka yang terlibat dalam pergulatan revolusi Indonesia menuju Republik, seluruh hidupnya hingga sampai akhir hayatnya diserahkan untuk memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan.

Termasuk Wahidin Sudirohusodo pelopor kebangkitan nasional (Budi Utomo), ia berkliling pulau Jawa demi menebar gagasan untuk memajukan pendidikan. Dan Mohammad Yamin, sejarawan besar Indonesia yang menanamkan nasionalisme pada lubuk ingatan kolektif bangsa hingga kini, ia juga tokoh penting perumus sumpah pemuda.

Halaman :
Tags
SHARE