SHARE

Istimewa (Net)

Barangkali bisa jadi maksud Gie, mengapa justru mengambil jarak dengan aktivitas politik? Padahal keberadaan intelektual yang dilingkupi oleh iklim akademik sekolah, kampus, atau organisasi-organisasi yang merupakan medan pergumulan senantiasa mengembangkan pemikiran dan daya nalar kita.

Bagaimana ini? Seperti gerakan Hippies di Amerika Serikat, ada kelompok pemuda yang mencari eksistensi dengan doktrin cinta. Mereka menolak kebiasaan umum, berontak terhadap norma sosial yang kaku, menyibak tirai kepalsuan masyarakat. Meminjam istilah dalam film Punk In Love, mereka anti kemapanan, menghadapi teror dengan sekuntum bunga.

Akan tetapi lama kemudian, kaum Hippies ini akhirnya menjadi korban komersialisasi. Mereka dibiarkan berkembang dan dimanja agar semakin populer sehingga akhirnya menjadi komoditas bisnis yang menjanjikan. Dan bisnislah juga yang membuat tampang Ernesto Che Guevara tenar melebihi perjuangannya di rimba Bolivia.

*
Terkait nada-nada protes demonstrasi, cara kontra seperti yang dilakukan Gie, penting disuburkan sebagai alrm untuk menjaga dusta politik? Politik yang sangat dekat dengan dusta, tiada kekuasaan tanpa dusta. Namun aksi-aksi demonstrasi selama ini terlanjur telah dianggap remeh, atau terkesan tak serius, sementara masa kekuasaan beralih silih berganti.

M. Natsir mengajarkan pentingnya bangunan intelektualisme dan aktivisme. intelektualisme dan aktivisme yang peka serta kritis dalam memformulasikan masalah-masalah sosial kebangsaan. Intelektualisme membuka peluang cakrawala pemikiran yang rasional, sistematis dan integral. Di ramu dengan aktivisme (daya dobrak) gerakan keberanian.

Komitmen keintelektualan secara partisipatoris memang harus hadir lakukan berbagai aktivitas intelektual organis, berdarma baktikan. Menjadi instrumen utama bagi sebuah gerakan demonstrasi yang bukan bernuansa tumpahan kemarahan, emosional yang mendistorsi pengetahuan, kreativitas, serta karya produktif.

Perhatikan partai-partai politik berebut jalan meminta jatah kursi Menteri di kabinet. Sementara itu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedang giat-giatnya memanen cekokin kepala-kepala daerah. Keteladanan dari sejarah SK Trimurti yang menolak jabatan tinggi dan memilih melanjutkan studi dan konsisten memperjuangkan hak dan membela kepentingan buruh. Dewasa ini mana ada orang yang rela menolak jabatan, orang justru berusaha sekuat tenaga agar memperolehnya.

Tak hanya besar dalam obsesi utopis, aku akhiri narasi ini dengan renungan tentang bangsa Indonesia yang bergelimang kemujuran bonus demografi dan Sumber Daya Alam, tapi bukan dengan bersyarat keajaiban untuk dapat bermanfaat.

Setelah aku renungkan yang dikatakan Hoegeng, bahwa “Seperti halnya orang mandi, guyuran air untuk membersihkan diri harus dimulai dari atas”. Tugas kita memang tepat membereskan semunya!

Halaman :
Tags
SHARE