SHARE

Istimewa (Net)

Sosialis tulen seperti Musso, Semaoen, dan atau para wali Raden Patah, atau Sayyid Ali Rahmatullah adalah mereka generasi muda pada eranya yang telah menenun republik ini dengan takaran perjalanan cendekianya masing-masing.

Terutama, jangan heran jika melihat tubuh kurus Soe Hok Gie yang selalu bisa memikul bobot idealismenya yang sangat berat. Gie seorang penulis yang paling berani di jamannya, ia menolak atau anti menjadi manusia yang tertindas, menyuarakan kebenaran kendati ternyata itu yang membuat hidupnya terasing, dan kesepian.

Secara terbuka Soe Hok Gie berani menghujat dan tak ragu mengutuk dua orde sekaligus sebagai rezim korup, otoriter yang anti-demokrasi, dan propagandis murahan. Sebuah sikap yang bisa saja membuatnya digiring ke penjara, diculik atau dilempar ke laut selatan yang kelam, namun Gie tak pernah takut.

**
Andai aku sendiri kecipratan militansi dan idealismenya Gie beserta para tokoh lain untuk tak berkelit, setuju melihat suatu persoalan dengan sudutpandang yang hitam maupun yang putih. Sikap yang membawa keluar negara dari kubangan praktik politik yang hipokrit.

Agar tidak menjadi objek industri politik, bukan underbow partai politik yang memproduseri orang-orang tua korup mengambil peran utama. Disisi lain dunia menuntut harus buka diri (isolative) untuk memahami kerumitan aktivitas politik.

“Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah”, kata Soe Hok Gie.

Halaman :
Tags
SHARE